Allow, selamat pagi, pada kali ini akan membahas tentang best health insurance out of pocket Gambaran Out of Pocket pada Awal Era JKN di Indonesia simak selengkapnya
We use cookies to offer you a better experience, personalize content, tailor advertising, provide social corong features, and better understand the use of our services. To learn more or modify/prevent the use of cookies, see our Cookie Policy and Privacy Policy.
Abstrak Pogram Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) cacat satunya bertujuan melepaskan benteng finansial khususnya biaya katastropik akan semua peserta. Penerima manfaat JKN berwenang mendapatkan berbagai fasilitas sebagai bagian dari paket manfaat dasar minus mencabut biaya pelayanan, dan diharapkan Out of Pocket (OOP) bakal lebih rendah dibandingkan dengan membayangkan yang tidak ada asuransi kesehatan. Tujuan penyalinan bakal membandingkan total bayaran buat kesehatan dari anggota agunan kesehatan dengan yang tidak ada agunan kesehatan ala dahulu era JKN. Dalam analisis ini, pengukuran bayaran perawatan kesehatan sekadar mencakup biaya pengobatan langsung, bagaikan biaya konsultasi, konsumsi bilik di kediaman gering dan obat-obatan. Analisis dengan memakai data Susenas 2014 terdiri dari 274.673 individu dan 71.051 kediaman tangga di 33 teritori di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ala dahulu era JKN sedia kecil antagonisme OOP ala masyarakat bangsat dibandingkan dengan masyarakat dimana proteksi finansial akan masyarakat bangsat buat bayaran kesehatan sedang rendah.Kepemilikan agunan kesehatan melepaskan proteksi finansial akhir bayaran biaya kesehatan, khususnya bayaran biaya katastropik dibandingkan dengan yang tidak ada agunan kesehatan. Kepesertaan masyarakat bangsat ditargetkan warsa 2019 pernah terpenuhi sehingga target negeri tentang Universal Health Coverage (UHC) benteng finansial ala masyarakat bangsat dan dekat bangsat semakin agung alias OOP semakin mendekati nol. Kata kunci: OOP, Pembiayaan, Asuransi Kesehatan Abstract One of the main objectives of the JKN acara is to provide financial protection, especially catastrophic costs to all members. JKN beneficiaries are entitled to various services as part of the basic benefit package without incurring service costs, and it is expected that Out of Pocket (OOP) will be lower than those who do titinada have health insurance. The purpose of writing will be to compare the total health expenditures of health insurance participants or beneficiaries and those without health insurance. In this analysis, the measurement of health care expenditures only includes direct medical expenses, such as consultation fees, hospital room usage and medication. Using Susenas data 2014 consists of 274,673 individuals and 71,051 households in 33 provinces in Indonesia. At the beginning of the JKN implementation, there was little difference of out of pocket in the poorest population compared to the richest population. This shows that financial protection to the poor for health expenditures are still low. The ownership of health insurance tends to provide financial protection due to health expenditures, especially catastrophic expenses compared to those without health insurance. In the Year of 2019 where the government targeted to Universal Health Coverage (UHC) expected protection financial on the poor and near poor is getting higher or out of pocket or getting closer up to zero. Keywords: OOP, Financial Protection, Health Insurance
AbstrakAngka penemuan Tuberkulosis (TB) warsa 2016 adalah sebanyak 77% di dunia, sebanyak 46,5% di Asia Tenggara dan sekitar32 - 33% di Indonesia. Di Kota Depok bilangan penemuan TB mengaras 58%. Sektor swasta menjangkau 18,7% kasus TB di KotaDepok biarpun anyar 40% RS swasta yang terlibat. Penelitian ini bertujuan buat mengetahui apakah penerapan strategiDOTS di Rumah Sakit swasta Kota Depok lebih menghemat biaya dibandingkan di Puskesmas. Penelitian dilakukan selama 6bulan dengan kohort retrospektif di Puskesmas DOTS, RS DOTS dan RS Non DOTS memakai 36 sampel bagi kelompok.Penghitungan dari prospek societal dengan microcosting berdasarkan tarif, harga pasar, bersama biji anggaran. Outputnyaangka pengobatan lengkap (Success Rate). Hasil penelitian menunjukkan Success Rate di puskesmas membelokkan agung yaitu86,1%, RS DOTS sebanyak 77.78 % dan Non DOTS 63.89 %. Penambahan biaya provider terutama daya pelaksana khususdi puskesmas dan RS DOTS meningkatkan success rate. Biaya societal di puskesmas 42% dari biaya di RS swasta. ACER(Average Cost Effectiveness Ratio) menunjukkan RS yang melaksanakan strategi DOTS lebih cost effective. Untuk menaikkan1% bilangan keberhasilan pengobatan berhajat biaya Rp 10.084.572 dengan melaksanakan intervensi acara DOTS ke RSSwasta. Uji t independen melaporkan bahwa terdapat antagonisme bermakna biaya societal pengobatan tuberkulosis antarapuskesmas, RS DOTS, dan RS Non DOTS. AbstractGlobal TB notification rate at 2016 was 77% and 46.5% in Southeast Asia. Indonesia last 5 years still remain at 32-33% where DepokCity reached 58%. In Depok City, private sector contributed 18.7% of the notified TB case in 2016 although only 40% of privatehospitals were involved. The aims of this study is to determine cost-effectiveness of DOTS strategy implementation at private hospitaland Public Health Centre (PHC). Comparative study carried out for six months with cohort retrospective between PHC, DOTS andNon DOTS hospitals using 36 samples bagi group. The calculation of the societal perspective with microcosting based on tariffs, marketprices and budget value. Output is Success Rate, where at PHC 86.1%, DOTS hospital 77.78% and Non DOTS hospital 63.89%.The addition cost providers especially person in charge at PHC and DOTS hospital increase success rate. The cost of TB treatmentin PHC 42% of private hospital. ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) is obtained that the hospital which carry out the DOTSstrategy is cost effective. To increase 1% success rate of TB treatment costs Rp 10,084,572 with intervention DOTS programs into aprivate hospital. An Independen t test stated that cost-effectiveness societal perspectives on TB treatment has a significant differencebetween PHC, DOTS hospital and Non DOTS hospital .
This research doesn't cite any other publications.
Article
Full-text available
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGELOLA OBAT TERHADAP PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS
December 2016
Pada warsa 2011 di sarwa puskesmas di Indonesia menunjukkan bahwa sekadar 17,5% puskesmas di Indonesia yang ada juru resep dan sedia sekitar 32,2% puskesmas yang tidak ada daya kefarmasian sama sekali. Penelitian ini bertujuan buat mengetahui tingkat ingatan pengelola bagian farmasi di puskesmas, mengetahui dengan jalan apa manajemen remedi yang dilakukan oleh pengelola bagian farmasi yang sedia ... [Show full abstract] di puskesmas, mengetahui sedia tidaknya hubungan antara tingkat ingatan pengelola bagian farmasi dengan kemampuannya mengelola remedi di puskesmas.Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik melalui penghampiran cross sectional. Kuisioner digunakan buat mengukur tingkat ingatan dan catatan ceklis buat mengukur manajemen obat. Peneliti melaksanakan Penelitian di Puskesmas Kabupaten Banyumas dengan jumlah responden 37 responden. Data dianalisis memakai percobaan statstik spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan biji p value sebanyak 0,031 yang menunjukkan sedia hubungan antara tingkat ingatan pengelola bagian farmasi akan manajemen remedi di Puskesmas Kabupaten Banyumas. Nilai Coefficient Correlation 0,355 yang menunjukkan dominasi dan cita-cita penelitian yang bersifat akur yang jika tingkat ingatan agung maka manajemen remedi bakal agung pula.
Romanisasi Bahasa Korea: Masalah dan Pemecahannya
May 2013
Bahasa Korea ada sistem penyalinan sendiri, ialah abjad Korea yang saat ini dikenal dengan nama Han-gēl (한글). Han-gēl diciptakan oleh Raja Sejong yang Agung ala warsa 1443 ala era Dinasti Joseon. Pertama kali diciptakan berjumlah 28 abjad melainkan yang digunakan saat ini berjumlah 24 huruf, terbagi atas 10 bunyi dasar dan 14 konsonan dasar. Dalam rangka melakukan budi Korea ke dalam ... [Show full abstract] sistem ejaan barat, romanisasi Korea diperlukan buat menggantikan budi Korea. Dalam rangka melakukan budi Korea ke dalam sistem ejaan barat, romanisasi Korea diperlukan buat menggantikan budi Korea. Romanisasi budi Korea merupakan satu cara alias proses buat mentranskripsi alias mentransliterasi budi Korea ke dalam alfabet Roman. Sampai saat ini sedia tiga sistem romanisasi yang telah dikembangkan dan digunakan oleh kelompok berbeda. Namun, sayangnya ketiga sistem itu dikembangkan dengan mengacu ala sistem ejaan budi Inggris sehingga tidak tepat digunakan oleh pencerita budi lain, khususnya pencerita budi Indonesia. Penulisan artikel ini bertujuan buat membahas asal usul kecil Han-gēl; romanisasi budi Korea; bab penggunaan sistem romanisasi budi Korea belah pencerita budi Indonesia; dan jalan lepas bab dengan mengusulkan asas cagak romanisasi budi Korea belah pencerita budi Indonesia.
Article
Full-text available
Aplikasi Sistem Zero Liquid Discharge di Industri
December 2015
Abstrak Regulasi lingkungan saat ini jauh lebih cermat jika dibandingkan dengan peraturan lingkungan ala sepuluh batas dobel puluh warsa yang lalu. Industri, khususnya perusahaan kimia, adalah cacat ahad penyumbang polutan terbanyak di dunia. Tidak sekadar polusi udara, perusahaan juga memanifestasikan kotoran encer dan kotoran padat. Untuk boleh beroperasi, perusahaan kudu boleh memenuhi regulasi-regulasi ... [Show full abstract] lingkungan yang sedia dan semakin cermat saban tahunnya. Untuk memenuhi syarat-syarat yang semakin cermat tersebut, perusahaan kudu melaksanakan inovasi dalam bidang pengolahan limbah. Salah ahad sistem anyar yang digunakan buat membereskan kotoran encer adalah sistem kosong liquid discharge. Contoh aplikasi kosong liquid discharge adalah falling film evaporator, crystallizer, dan berlimpah lainnya. Kata gerendel : air limbah, kosong liquid discharge, air, padatan 1. Pendahuluan Pada abad sekarang, lingkungan adalah cacat ahad induk perhatian manusia. Regulasi lingkungan abad sekarang jauh lebih cermat jika dibandingkan dengan peraturan lingkungan ala sepuluh batas dobel puluh warsa yang lalu. Industri, khususnya perusahaan kimia, adalah cacat ahad penyumbang polutan terbanyak di dunia. Tidak sekadar polusi udara, perusahaan juga memanifestasikan kotoran encer dan kotoran padat. Untuk boleh beroperasi, perusahaan kudu boleh memenuhi regulasi-regulasi lingkungan yang sedia dan semakin cermat saban tahunnya. Untuk memenuhi syarat-syarat yang semakin cermat tersebut, perusahaan kudu melaksanakan inovasi dalam bidang pengolahan limbah. Salah ahad sistem anyar yang digunakan buat membereskan kotoran encer adalah sistem kosong liquid discharge.
EVALUASI DAN OPTIMALISASI KINERJA IPA I PDAM KOTA PONTIANAK
January 2014
Perusahaan alun-alun air minum (PDAM) Tirta Khatulistiwa Pontianak merupakan cacat ahad industri alun-alun yang bertanggungjawab dalam penyediaan air bersih di metropolitan Pontianak. IPA I Imam Bonjol merupakan IPA yang membelokkan tua di PDAM Kota Pontianak ada daya serap pengolahan sekitar 150 liter/detik yang mulai dioperasikan ala warsa 1962. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas air ... [Show full abstract] baku dan air buatan pabrikasi IPA I apakah pernah sesuai cagak baku derajat bagi peraturan yang sedia dan mengetahui kemampuan peminggiran di tiap bagian pengolahan IPA I bersama melepaskan rekomendasi perbaikan. Metodologi yang digunakan adalah mengevaluasi kapasitas IPA I berdasarkan kriteria desain dan menganalisa kualitas air baku dan air buatan pabrikasi dengan cagak baku derajat yang telah ditetapkan. Dari buatan penelitian bahwa air baku bengawan Kapuas pernah memenuhi cagak baku derajat air baku kelas I bagi PP.No. 82 Tahun 2001, melainkan buat kekeruhan dan bermacam-macam di atas baku derajat adalah 39 NTU melewati cagak baku derajat 25 NTU dan bermacam-macam 248 Pt.Co melewati cagak baku derajat 50 Pt.Co. Unit pengolahan IPA I terdiri dari koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Pada bagian koagulasi ada kemampuan peminggiran kekeruhan 71,79% dan bermacam-macam 72,89%. Unit flokulasi kemampuan peminggiran kekeruhan 82,05% dan bermacam-macam 87,90%. Unit Sedimentasi kemampuan peminggiran kekeruhan 82,05%, bermacam-macam 91,13% dan besi 95,55%. Unit pemilihan kemampuan peminggiran kekeruhan 79,49%, bermacam-macam 91,53 %, dan besi 95,55%. Air buatan pabrikasi IPA I belum memenuhi cagak baku derajat air minum bagi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/1V/2010. Parameter yang belum sesuai cagak baku derajat air minum adalah parameter warna, kekeruhan, aluminium. Parameter bermacam-macam ada konsentrasi 41,20 Pt.Co di atas cagak baku derajat 15 Pt.Co, kekeruhan 7 NTU di atas cagak baku derajat 5 NTU, aluminium 4 mg/L di atas cagak baku derajat 0,2 mg/L. Parameter yang berada di kolong cagak baku derajat adalah TDS, sulfat, dan besi. TDS ada konsentrasi 110 mg/L di kolong cagak baku derajat 1000 mg/L, sulfat ada konsentrasi 25 mg/L di kolong cagak baku derajat 250 mg/L, besi ada konsentrasi 0,03 mg/L di kolong cagak baku derajat 0,3 mg/L. Secara keseluruhan kapasitas bagian pengolahan IPA I sedang baik, melainkan ala bagian flokulasi perlu adanya koreksi buat mengintensifkan kapasitas bagian tersebut, adalah dengan me-lanjutkan baffle channel ala bagian pengolahan sehingga kapasitas di bagian flokulasi boleh jadi lebih baik. Kata gerendel : IPA , Air Baku, Efisiensi
You can request the full-text of this article directly from the authors on ResearchGate.Looking for the full-text?
Sekian penjelasan perihal Gambaran Out of Pocket pada Awal Era JKN di Indonesia semoga artikel ini bermanfaat terima kasih
Artikel ini diposting pada kategori , tanggal 21-08-2019, di kutip dari https://www.researchgate.net/publication/331601184_Gambaran_Out_of_Pocket_pada_Awal_Era_JKN_di_Indonesia
No comments:
Post a Comment